Apa kabar Bandung sore ini?
Jakarta dengan rintiknya yang terus menerus, mutlak membuat suhu tubuh turun.
Kau bisa menggambar apa pun di kaca berembun, yang nampak lebih segar dari pagi.
Dan aku bisa berceloteh sampai tetes terakhir di warung kopi.
Beatles atau Rolling Stone, terserah kau mau dengar yang mana.
Kukira saat ini Bandung jauh lebih.
Hangat yang menyengat perlahan tergantikan oleh ribuan, atau mungkin juta (?) tetes air yang beradu cepat untuk sampai ke bumi.
Pijaran lampu kota seolah berujar, "Hei mentari, sudah saatnya bagimu untuk pulang. Sekarang giliranku tampil. "
Waktu yang berjalan tergantikan oleh rindu.
Dan kita, berpijak di tempat masing-masing, digantikan oleh kenangan.
Tidak ada gambar di kaca.
Tidak ada celoteh warung kopi.
Hanya ada kota, kita, tanpa kata.
Rabu, 31 Januari 2018
Kota, kita, dan Langit yang Melagukan Sepi
Minggu, 21 Januari 2018
Pengalaman Naik Kereta Bandara Railink
“Naik kereta aja kok bawa koper..”, mungkin itu yang
terlintas di benak teman-teman ketika melihat banyak orang berlalu lalang sambil
menyeret koper di sekitar Stasiun Sudirman beberapa hari belakangan.
O o o, rupanya mereka berjalan menuju stasiun BNI City yang
terletak tepat di sebelah Stasiun Sudirman. Memang sudah sebulan saya bekerja
di daerah Sudirman, dan tepat sebulan juga saya penasaran untuk apa dibangun
stasiun di sebelah stasiun.
Resmi beroperasi pada 02 Januari 2018, kereta api Railink
merupakan inovasi baru bagi masyarakat untuk bepergian ke Bandara
Soekarno-Hatta tanpa macet, dan tanpa menjebolkan kantong tentunya (coba
bandingkan dengan naik taxi atau transportasi online dari Jakarta, ckck).
Meski baru official di awal tahun yang baru, gaungnya kereta
bandara ini sudah terdengar jauh-jauh hari, dari yang awalnya dibilang bakal
beroperasi Juli 2017, mundur jadi November, dan akhirnya fix di Januari 2018.
Jelas terdengar dari berbagai media kalau sejak Desember akhir kereta ini akan
diujicobakan terlebih dahulu, dengan harga tiket yang masih murmer (cuma 30
ribu aja).
Nantinya, seperti iklan-iklan apartment yang ada di TV,
harga tiket akan naik Senin setelah masuk bulan Januari menjadi 70k, dan
akan naik lagi jadi 100k. Jadi, karena mau nyobain tapi gak mau rugi keluar
uang banyak, saya rela jadi kelinci percobaan. Gapapa deh naik kereta yang
masih percobaan, yang penting murmer. Tak mau sendirian jadi kelinci, saya pun mengajak teman saya untuk
terlibat dalam petualangan ini dengan iming-iming jalan-jalan melihat bandara.
Saya memilih hari Jumat terakhir di tahun 2017 untuk
ngebolang. Tadinya saya pikir untuk naik kereta bandara ini hanya tinggal
datang, beli tiket, dan naik. Beruntungnya saya mendapat info dari seorang
teman yang kehabisan tiket saat mau naik kereta bandara. Rupanya banyak juga
orang-orang yang berpikiran sama mau nyobain kereta baru ini (maklum, hal-hal
baru di Indo pasti jadi hits). Akhirnya setelah banyak googling, saya
memutuskan untuk booking dan bayar tiket via online (sempet bingung juga
setelah bayar harus diapain kode booking-nya karena saya jarang bepergian di luar Jabodetabek).
Ada 3 cara untuk membeli tiket kereta bandara. Via vending
machine yang ada di stasiun (no cash, jadi siapkan kartu kalian ya), lewat
aplikasi, atau bisa lewat website resmi railink di https://reservation.railink.co.id
Karena saya beli via web, jadi saya jelaskan langkah yang
via web aja ya..
1. Buka web (link-nya di https://reservation.railink.co.id).
2. Pilih one-way (kalau mau sekali jalan) atau
round trip (kalau mau PP, harga juga double tentunya :P).
3. Pilih stasiun asal dan tujuan (saat ini baru 3
stasiun yang melayani keberangkatan dan tiba, yaitu Sudirman Baru (BNI City),
Batu Ceper, dan SHIA (Soekarno Hatta International Airport).
4. Pilih tanggal keberangkatan dan masukkan jumlah
penumpang yang mau naik, klik search
5. Langkah kedua adalah memilih jam kereta
(angka-angka di bawah kereta sepertinya menunjukkan jumlah kursi yang masih
tersisa) *tips: sebaiknya booking jangan dekat-dekat jamnya, takut gak kebagian
nanti sia-sia udah jauh-jauh datang.
6. Setelah pilih jam, web-nya akan klarifikasi lagi
bener atau gak nih kalian mau naik kereta ini tujuannya kesini, jamnya jam
segini, tinggal di-check list aja yang I agree and comply bla bla bla nya
(kayak kalau baca terms and conditions buat akun socmed hehe), continue deng.
7. Masukkan contact information seperti nama,
tanggal ultah, no. HP, dan e-mail address, lalu pastikan kalian bukan robot
dengan mencentang captcha-nya.
8. Pilih mau payment menggunakan apa, lalu bayar
deh.
9. Setelah bayar akan ada e-mail masuk yang
memberitahukan kode booking, juga syarat dan ketentuan untuk naik kereta.
Nantinya kode booking ini bisa diinput di vending machine untuk ditukar dengan
selembar tiket.
Sorenya, saya langsung pulang tenggo karena takut terjadi
hal-hal di luar dugaan. Saya pikir lebih baik siap-siap dengan datang lebih
awal karena belum tau seperti apa nantinya. Benar saja, saya sampai mendekati
jam keberangkatan. Kata petugasnya, sekali ketinggalan kereta maka tiket hangus dan harus pesen ulang. Jadi, usahain jangan sampe pas-pas-an karena no reschedule.
Saya berjalan menuju stasiun Sudirman Baru/ Stasiun BNI
City. Bagi teman-teman yang butuh naik kereta/ busway untuk ke stasiun ini,
kalian bisa turun di Stasiun Sudirman/ Halte Busway Dukuh Atas → tanya orang sekitar bagaimana
cara ke kolong fly over Sudirman → dari fly over tinggal jalan luruss aja, dan kalian akan sampai ke Stasiun
Sudirman Baru yang ciamik kayak airport. Memang jarak dari luar ke dalam
stasiun agak jauh, berbeda dari stasiun pada umumnya.
![]() |
Stasiun BNI City (tampak jauh) |
![]() |
(tampak dekat) |
![]() |
(tampak lebih dekat lagi) |
Sesampainya
di pintu masuk, kita akan disambut eskalator yang didesain sedemikian rupa buat
para travellers yang bawa barang. Semua harus naik ke atas dulu buat beli ataupun
tuker tiket. Mari kita lihat sedikit penampakan stasiunnya lewat gambar di
bawah.
![]() |
Begini tampilan pintu masuknya |
![]() |
Ucapan "Selamat Datang" dalam berbagai bahasa (Hindi, Spanish, Arabic. Hayoo, kira-kira bahasa apa lagi yang ada di layar?) |
![]() |
Stasiun yang luas dan bersih |
Untuk sebuah stasiun, Sudirman
baru terbilang cukup luas. Oleh karena konsepnya sebagai
stasiun yang dikunjungi berbagai orang yang datang dan menuju airport, segala
petunjuk tersedia secara bilingual (dengan harapan banyak turis yang
berkunjung ke stasiun ini kali ya). Selain itu, stasiunnya juga bersihh banget.
Lantai dan kacanya kinclong (sampai bisa ngaca di lantai hehe). Walaupun
mungkin salah satunya faktor masih baru, semoga aja ke depannya tetap begini.
Berbagai food vendor juga sudah
banyak tersedia di stasiun, dan nampaknya akan bertambah banyak nantinya. Salah
satu yang saya ingat adalah restoran ayam goreng merah milik Colonel Sanders.
Cukup berbeda dengan Stasiun KRL Sudirman di sebelahnya yang kalau kita mau
makan harus jajan ke abang-abang depan stasiun/ jajan di minimarket. Soal harga
makanan dan minuman, apakah mirip-mirip harga makanan di bandara? Sayangnya,
saya sampai mepet jam keberangkatan sehingga tidak sempat membeli
makanan yang ada di sana.
Karena saya sudah beli tiket
secara online, saya langsung menukarkan kode booking di mesin penjual tiket.
Teman-teman tidak usah khawatir bingung dsb. Di sana sudah ada banyak staff
yang berjaga di dekat mesin dan siap membantu. Tersedia juga staff di bagian
informasi yang menyediakan jadwal kereta beserta jam-jam tiba di stasiun
selanjutnya. Jadwal ini bisa diambil secara gratis loh.
Setelah memasukkan kode booking,
tiket keluar dalam bentuk selembar kertas tipis. Melihat antrian masuk peron
yang panjang, saya langsung turun dan ikut antri. Ternyata tiket ini akan di
tapping (sama seperti kita tapping pakai kartu KRL) untuk masuk ke peron. Entah
karena masih baru, mesinnya beberapa kali error dan tidak bisa membaca tiket
penumpang sehingga untuk
masuk, ada staff yang akan membantu menempelkan kartunya (tentu aja dengan
nunjukkin tiket dulu ya).
![]() |
Tiket yang membuat kami bablas sampai bandara |
Tidak lama menunggu, kereta datang
benar-benar tepat waktu, dan sesudah semua penumpang masuk langsung jalan lagi.
Now, let’s talk about the train itself.
Untuk tampilan luar keretanya,
mungkin teman-teman yang sehari-hari PP naik KRL arah Tangerang sudah sering
lihat ya. Keretanya putih dengan sedikit warna oranye dan biru tua. Bagian
dalamnya? super teranggg dan bersih banget. Gak ada tuh bau gak sedap yang kadang
dijumpai di kereta pada umumnya.
Walaupun terdapat nomor kursi di atas
jendela, tapi kita bisa memilih tempat duduk secara bebas. Pokoknya, semua
pasti dapat duduk. Ada sekitar 9 baris, 36 kursi empuk, dan 4 TV di dalam satu
gerbong. Duduknya berdua-berdua dengan posisi setengah menghadap depan dan
setengah menghadap arah sebaliknya. Terdapat juga toilet di dalam kereta
kalau-kalau dalam waktu satu jam kamu gak bisa nahan pipis.
Di dalam kereta, penumpang
diputarkan video musik di televisi yang tidak begitu jelas terdengar karena
kalah oleh suara mesin kereta. Kita juga bisa memantau kereta lewat layar
informatif yang menyajikan keterangan seperti suhu ruangan dan kecepatan kereta
yang berubah-ubah (kurang lebih sekitar 57 – 61 km per jam).
Ketika saya naik, semua kursi
terisi penuh. Rupanya ada yang benar-benar hendak pergi ke bandara, meski
banyak juga yang cuma coba-coba (terbukti dengan banyaknya sosok tanpa tas yang sepanjang perjalanan sibuk mengambil gambar).
Sekilas,
kereta ini mirip kereta eksekutif untuk perjalanan jauh. Akan tetapi, saya
kurang tau apakah kursinya juga bisa ditidurkan seperti kereta eksekutif.
![]() |
Dua kelinci percobaan |
Sekarang mari bicara soal
ketepatan waktu. Saya kaget melihat estimasi waktu sampai Bandara Soetta yang
nyaris tepat sesuai yang tertera pada jadwal, kurang lebih hanya bergeser
semenit. Sebuah kelayakan uji coba yang haqiqi. *applause
Pada akhirnya, saya berhasil
menapakkan kaki di Stasiun Bandara Soekarno Hatta dan melihat gemerlapnya lampu
bandara di malam hari. Stasiun khusus kereta bandara Soekarno-Hatta ini
terletak dekat terminal 2. Oleh karena itu, sesampainya di sana kita bisa
berpindah ke terminal 1, 2 ataupun 3 dengan naik sky train secara gratis.
![]() |
Sampai deng di Bandara Soekarno Hatta |
![]() |
Ruang tunggu di Stasiun Bandara Soetta |
Tidak seperti KRL Commuter Line
di mana kamu bisa tetap stay di dalam kereta dan ikut balik ke stasiun
sebelumnya tanpa harus bayar, di sini sesudah kereta sampai di stasiun tujuan
akan ada petugas yang patroli untuk mengecek apakah masih ada orang tersisa di
dalam kereta. Sehingga sekali kamu lupa turun (meski cuma satu stasiun), kamu
harus beli tiket lagi untuk perjalanan pulang.
Over all, kereta bandara ini
worth to try dengan harga percobaannya. Senang deh melihat dunia perkeretaapian
Indonesia yang makin maju. Saya menunggu dan pastinya nanti akan mencoba
transportasi umum yang saat ini sedang diproses, yaitu MRT dan LRT.
Meski sekarang harga kereta bandara sudah naik, tetap
aja kualitasnya sebanding apalagi buat kamu yang prefer in time dan bebas macet
ke bandara. Layak untuk dicoba loh, khususnya untuk teman-teman yang tinggal di
luar Tangerang, Kalideres, dan Cengkareng. Jadi, selamat mencoba. Have a nice
trip. :))
Label:
bandara,
KAI,
kereta,
pengalaman,
railink,
transportasi,
travel
Langganan:
Postingan (Atom)