Minggu, 21 Januari 2018

Pengalaman Naik Kereta Bandara Railink

“Naik kereta aja kok bawa koper..”, mungkin itu yang terlintas di benak teman-teman ketika melihat banyak orang berlalu lalang sambil menyeret koper di sekitar Stasiun Sudirman beberapa hari belakangan.

O o o, rupanya mereka berjalan menuju stasiun BNI City yang terletak tepat di sebelah Stasiun Sudirman. Memang sudah sebulan saya bekerja di daerah Sudirman, dan tepat sebulan juga saya penasaran untuk apa dibangun stasiun di sebelah stasiun.

Resmi beroperasi pada 02 Januari 2018, kereta api Railink merupakan inovasi baru bagi masyarakat untuk bepergian ke Bandara Soekarno-Hatta tanpa macet, dan tanpa menjebolkan kantong tentunya (coba bandingkan dengan naik taxi atau transportasi online dari Jakarta, ckck).

Meski baru official di awal tahun yang baru, gaungnya kereta bandara ini sudah terdengar jauh-jauh hari, dari yang awalnya dibilang bakal beroperasi Juli 2017, mundur jadi November, dan akhirnya fix di Januari 2018. Jelas terdengar dari berbagai media kalau sejak Desember akhir kereta ini akan diujicobakan terlebih dahulu, dengan harga tiket yang masih murmer (cuma 30 ribu aja).

Nantinya, seperti iklan-iklan apartment yang ada di TV, harga tiket akan naik Senin setelah masuk bulan Januari menjadi 70k, dan akan naik lagi jadi 100k. Jadi, karena mau nyobain tapi gak mau rugi keluar uang banyak, saya rela jadi kelinci percobaan. Gapapa deh naik kereta yang masih percobaan, yang penting murmer. Tak mau sendirian jadi kelinci, saya pun mengajak teman saya untuk terlibat dalam petualangan ini dengan iming-iming jalan-jalan melihat bandara.

Saya memilih hari Jumat terakhir di tahun 2017 untuk ngebolang. Tadinya saya pikir untuk naik kereta bandara ini hanya tinggal datang, beli tiket, dan naik. Beruntungnya saya mendapat info dari seorang teman yang kehabisan tiket saat mau naik kereta bandara. Rupanya banyak juga orang-orang yang berpikiran sama mau nyobain kereta baru ini (maklum, hal-hal baru di Indo pasti jadi hits). Akhirnya setelah banyak googling, saya memutuskan untuk booking dan bayar tiket via online (sempet bingung juga setelah bayar harus diapain kode booking-nya karena saya jarang bepergian di luar Jabodetabek).
Ada 3 cara untuk membeli tiket kereta bandara. Via vending machine yang ada di stasiun (no cash, jadi siapkan kartu kalian ya), lewat aplikasi, atau bisa lewat website resmi railink di https://reservation.railink.co.id

Karena saya beli via web, jadi saya jelaskan langkah yang via web aja ya..

1. Buka web (link-nya di https://reservation.railink.co.id).
2. Pilih one-way (kalau mau sekali jalan) atau round trip (kalau mau PP, harga juga double tentunya :P).
3. Pilih stasiun asal dan tujuan (saat ini baru 3 stasiun yang melayani keberangkatan dan tiba, yaitu Sudirman Baru (BNI City), Batu Ceper, dan SHIA (Soekarno Hatta International Airport).
4. Pilih tanggal keberangkatan dan masukkan jumlah penumpang yang mau naik, klik search
5. Langkah kedua adalah memilih jam kereta (angka-angka di bawah kereta sepertinya menunjukkan jumlah kursi yang masih tersisa) *tips: sebaiknya booking jangan dekat-dekat jamnya, takut gak kebagian nanti sia-sia udah jauh-jauh datang.
6.  Setelah pilih jam, web-nya akan klarifikasi lagi bener atau gak nih kalian mau naik kereta ini tujuannya kesini, jamnya jam segini, tinggal di-check list aja yang I agree and comply bla bla bla nya (kayak kalau baca terms and conditions buat akun socmed hehe), continue deng.
7.  Masukkan contact information seperti nama, tanggal ultah, no. HP, dan e-mail address, lalu pastikan kalian bukan robot dengan mencentang captcha-nya.
8.  Pilih mau payment menggunakan apa, lalu bayar deh.
9.  Setelah bayar akan ada e-mail masuk yang memberitahukan kode booking, juga syarat dan ketentuan untuk naik kereta. Nantinya kode booking ini bisa diinput di vending machine untuk ditukar dengan selembar tiket.

Sorenya, saya langsung pulang tenggo karena takut terjadi hal-hal di luar dugaan. Saya pikir lebih baik siap-siap dengan datang lebih awal karena belum tau seperti apa nantinya. Benar saja, saya sampai mendekati jam keberangkatan. Kata petugasnya, sekali ketinggalan kereta maka tiket hangus dan harus pesen ulang. Jadi, usahain jangan sampe pas-pas-an karena no reschedule.


Saya berjalan menuju stasiun Sudirman Baru/ Stasiun BNI City. Bagi teman-teman yang butuh naik kereta/ busway untuk ke stasiun ini, kalian bisa turun di Stasiun Sudirman/ Halte Busway Dukuh Atas → tanya orang sekitar bagaimana cara ke kolong fly over Sudirman → dari fly over tinggal jalan luruss aja, dan kalian akan sampai ke Stasiun Sudirman Baru yang ciamik kayak airport. Memang jarak dari luar ke dalam stasiun agak jauh, berbeda dari stasiun pada umumnya.

Stasiun BNI City (tampak jauh)
(tampak dekat)

(tampak lebih dekat lagi)
Sesampainya di pintu masuk, kita akan disambut eskalator yang didesain sedemikian rupa buat para travellers yang bawa barang. Semua harus naik ke atas dulu buat beli ataupun tuker tiket. Mari kita lihat sedikit penampakan stasiunnya lewat gambar di bawah.

Begini tampilan pintu masuknya

Ucapan "Selamat Datang" dalam berbagai bahasa (Hindi, Spanish, Arabic. Hayoo, kira-kira bahasa apa lagi yang ada di layar?)
Stasiun yang luas dan bersih
Untuk sebuah stasiun, Sudirman baru terbilang cukup luas. Oleh karena konsepnya sebagai stasiun yang dikunjungi berbagai orang yang datang dan menuju airport, segala petunjuk tersedia secara bilingual (dengan harapan banyak turis yang berkunjung ke stasiun ini kali ya). Selain itu, stasiunnya juga bersihh banget. Lantai dan kacanya kinclong (sampai bisa ngaca di lantai hehe). Walaupun mungkin salah satunya faktor masih baru, semoga aja ke depannya tetap begini.

Berbagai food vendor juga sudah banyak tersedia di stasiun, dan nampaknya akan bertambah banyak nantinya. Salah satu yang saya ingat adalah restoran ayam goreng merah milik Colonel Sanders. Cukup berbeda dengan Stasiun KRL Sudirman di sebelahnya yang kalau kita mau makan harus jajan ke abang-abang depan stasiun/ jajan di minimarket. Soal harga makanan dan minuman, apakah mirip-mirip harga makanan di bandara? Sayangnya, saya sampai mepet jam keberangkatan sehingga tidak sempat membeli makanan yang ada di sana.

Karena saya sudah beli tiket secara online, saya langsung menukarkan kode booking di mesin penjual tiket. Teman-teman tidak usah khawatir bingung dsb. Di sana sudah ada banyak staff yang berjaga di dekat mesin dan siap membantu. Tersedia juga staff di bagian informasi yang menyediakan jadwal kereta beserta jam-jam tiba di stasiun selanjutnya. Jadwal ini bisa diambil secara gratis loh.

Setelah memasukkan kode booking, tiket keluar dalam bentuk selembar kertas tipis. Melihat antrian masuk peron yang panjang, saya langsung turun dan ikut antri. Ternyata tiket ini akan di tapping (sama seperti kita tapping pakai kartu KRL) untuk masuk ke peron. Entah karena masih baru, mesinnya beberapa kali error dan tidak bisa membaca tiket penumpang sehingga untuk masuk, ada staff yang akan membantu menempelkan kartunya (tentu aja dengan nunjukkin tiket dulu ya).

Tiket yang membuat kami bablas sampai bandara
Tidak lama menunggu, kereta datang benar-benar tepat waktu, dan sesudah semua penumpang masuk langsung jalan lagi. Now, let’s talk about the train itself.

Untuk tampilan luar keretanya, mungkin teman-teman yang sehari-hari PP naik KRL arah Tangerang sudah sering lihat ya. Keretanya putih dengan sedikit warna oranye dan biru tua. Bagian dalamnya? super teranggg dan bersih banget. Gak ada tuh bau gak sedap yang kadang dijumpai di kereta pada umumnya.

Walaupun terdapat nomor kursi di atas jendela, tapi kita bisa memilih tempat duduk secara bebas. Pokoknya, semua pasti dapat duduk. Ada sekitar 9 baris, 36 kursi empuk, dan 4 TV di dalam satu gerbong. Duduknya berdua-berdua dengan posisi setengah menghadap depan dan setengah menghadap arah sebaliknya. Terdapat juga toilet di dalam kereta kalau-kalau dalam waktu satu jam kamu gak bisa nahan pipis.

Di dalam kereta, penumpang diputarkan video musik di televisi yang tidak begitu jelas terdengar karena kalah oleh suara mesin kereta. Kita juga bisa memantau kereta lewat layar informatif yang menyajikan keterangan seperti suhu ruangan dan kecepatan kereta yang berubah-ubah (kurang lebih sekitar 57 – 61 km per jam).

Ketika saya naik, semua kursi terisi penuh. Rupanya ada yang benar-benar hendak pergi ke bandara, meski banyak juga yang cuma coba-coba (terbukti dengan banyaknya sosok tanpa tas yang sepanjang perjalanan sibuk mengambil gambar).

Sekilas, kereta ini mirip kereta eksekutif untuk perjalanan jauh. Akan tetapi, saya kurang tau apakah kursinya juga bisa ditidurkan seperti kereta eksekutif.


Dua kelinci percobaan
Sekarang mari bicara soal ketepatan waktu. Saya kaget melihat estimasi waktu sampai Bandara Soetta yang nyaris tepat sesuai yang tertera pada jadwal, kurang lebih hanya bergeser semenit. Sebuah kelayakan uji coba yang haqiqi. *applause

Pada akhirnya, saya berhasil menapakkan kaki di Stasiun Bandara Soekarno Hatta dan melihat gemerlapnya lampu bandara di malam hari. Stasiun khusus kereta bandara Soekarno-Hatta ini terletak dekat terminal 2. Oleh karena itu, sesampainya di sana kita bisa berpindah ke terminal 1, 2 ataupun 3 dengan naik sky train secara gratis. 

Sampai deng di Bandara Soekarno Hatta

Ruang tunggu di Stasiun Bandara Soetta
Tidak seperti KRL Commuter Line di mana kamu bisa tetap stay di dalam kereta dan ikut balik ke stasiun sebelumnya tanpa harus bayar, di sini sesudah kereta sampai di stasiun tujuan akan ada petugas yang patroli untuk mengecek apakah masih ada orang tersisa di dalam kereta. Sehingga sekali kamu lupa turun (meski cuma satu stasiun), kamu harus beli tiket lagi untuk perjalanan pulang.

Over all, kereta bandara ini worth to try dengan harga percobaannya. Senang deh melihat dunia perkeretaapian Indonesia yang makin maju. Saya menunggu dan pastinya nanti akan mencoba transportasi umum yang saat ini sedang diproses, yaitu MRT dan LRT.

Meski sekarang harga kereta bandara sudah naik, tetap aja kualitasnya sebanding apalagi buat kamu yang prefer in time dan bebas macet ke bandara. Layak untuk dicoba loh, khususnya untuk teman-teman yang tinggal di luar Tangerang, Kalideres, dan Cengkareng. Jadi, selamat mencoba. Have a nice trip. :))

3 komentar:

Post a comment on.